Dua hari lalu tubuh ini dilanda kelelahan yang teramat sangat, terbaring diatas kasur tanpa bisa bangun hanya untuk sekedar keluar kamar. Mungkin ini cara tubuh menunjukkan padaku kelelahan yang ia alami setelah ia tampak habis dimakan hati dan pikiran berbulan-bulan.
Kunikmati saja lelahnya tubuh ini dengan penuh rasa syukur dan doa yang insyaAllah tak pernah henti kupanjatkan, karena Allah sedang mengujiku, mungkin saja itu ujian untukku agar aku bisa naik ke tingkatan yang lebih tinggi.
Lelahnya tubuh ini semoga dapat menjadi penawar rindu dan dosa yang telah ku perbuat selama hidup ini, 22 tahun hampir 23 tahun aku hidup dengan berbagai dosa yang tak dapat kuhindari dan telah ku perbuat, tak usah ku utarakan-pun Allah tahu segalanya, ya segalanya!
Di setiap sakitku, ada seorang perempuan yang selalu ikhlas merawatku, perempuan separuh baya yang Allah ciptakan sebagai malaikat untukku. IBU!
Betapa tulusnya beliau merawatku sehingga aku mengerti arti ketulusan, betapa ikhlasnya beliau sehingga aku mengerti arti keikhlasan, betapa sabarnya beliau sehingga aku mengerti arti kesabaran.
Dua kali subuh dan dua kali maghrib saat itu, saat aku terbaring diatas kasur, beliau selalu datang menghampiri dengan membawakan segelas greentea panas kesukaanku, secangkir minuman yang sehari-hari ku buat sendiri, kali ini ibuku yang membuatnya, sungguh luar biasa nikmat. Sambil mengusap keningku, beliau berkata "Tenangkan pikiran dan hatimu, nanti tubuhmu juga akan tenang. Belajarlah sabar, meskipun kesabaranmu telah teruji mungkin Allah ingin kau lebih bersabar lagi."
Kali ini, air mata tak sanggup lagi menetes, mungkin ini keiklasan tanpa air mata yang selalu ku minta pada Allah, mungkin ini ketabahan/ ketegaran tanpa goncangan jiwa yang selalu ku minta pada Allah. Di dalam hati hanya terpikir bahwa bagaimana jika suatu saat nanti aku tak mampu merawat ibu seperti ibu merawatku saat ini?
Aku yakin, tugasku saat ini bukanlah mencarimu, tugasku saat ini adalah mensholehkan diriku dan memperbaiki diri di jalan Allah. Betapa sadar diri ini, meminta lelaki baik pada Allah sebagai pendampingku kelak tetapi aku sendiri tak memperbaiki diri. Bukankah Allah telah menjanjikan pada QS. An-Nur : 26 bahwa Wanita yang baik untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitupula sebaliknya). Lalu adakah janji yang melebihi selain janji Allah?
Sabtu, 22 Maret 2014
Jumat, 14 Maret 2014
Cinta tak harus memiliki
CINTA TAK HARUS
MEMILIKI
(Dari buku Ya Allah, Siapa Jodohku by Ahmad Rifa'i Rif'an)
“Sungguh, aku sangat mencintainya. Aku tak rela
kehilangannya. Aku ingin hidup bersamanya. Berbulan-bulan aku terus menerus
mengisi hari-hari dengan kegundahan dan keresahan, karena orang yang selama ini
ku cintai, ternyata lebih memilih orang lain sebagai pendamping hidupnya.”
Sungguh, ini adalah tugas mulia yang sepeserpun tak
mengharap imbalan. Sungguh, inilah perasaan agung yang tak bisa dibayar dengan
kepemilikan. Sungguh, tugas mulia dan perasaan agung itu adalah MENCINTAI.
Ketika kau telah mencintai seseorang, jangan pernah menuntut untuk memilikinya.
Karena cinta tak mengharuskan kepemilikan.
Mencintai adalah saat kau rela melakoni apapun, demi
kebahagiaan yang kau cinta. Jika ia berbahagia dengan orang lain, lalu kau
mengikhlaskannya, itulah sebenar-benarnya cinta.
Benar, mencintai tak harus menikahi. Ada cinta-cinta yang
harus diabaikan dan dilupakan. Itulah cinta-cinta yang tak bertemu di pintu
nikah. Jangan terlalu menyiksa diri dengan cinta tersebut. Karena jika hidup
terus fokus pada cinta masa lalu padahal yang dicinta sudah hidup bahagia
bersama dengan kekasihnya, hidup kita bisa jadi tak susah bertemu kebahagiaan.
Hari-hari kita habis dalam kesedihan dan penderitaan.
Berat memang, sulit memang, tetapi yakinlah itu berarti dia
bukan orang yang baik bagimu. Itu berarti Allah sudah mempersiapkan jodoh yang
lebih baik lagi bagimu.
Berdoalah baginya, bagi keluarganya, bagi hidupnya, agar
senantiasa dikarunia kebahagiaan. Berdoalah, semoga dia dan keluarganya
senantiasa berlimpah berkah.
“Kumencintainya sepenuh hati. Kumendoakannya dalam doa tanpa
dia ketahui. Ku berdoa baginya, dimanapun dia berada, dengan siapapun dia
menikah, semoga dia selalu bahagia, meski ku tak bisa memilikinya.
Kumencintainya sepenuh jiwa. Maka bagiku yang penting dia bahagia.”
Yang ku tahu..........
Senin, 03 Maret 2014
Antara yang meninggalkan dan yang ditinggalkan
Hari ini 3 Maret 2014 tepat sebulan sudah saat kita sempatkan diri berbincang berdua.
Namun, hingga saat ini, ingin sekali rasanya menyendiri di ruang hampa tanpa cahaya hanya ada udara sembari membalut asa.
Jalanan itu, yang dulu selalu ku lewati dengan ketenangan sekarang berubah menjadi kegetiran.
Sempat
terfikir dan ku tanamkan dalam benak bahwa aku ingin menutup hatiku
setelah mengakhiri dengannya kala itu. Jikapun harus membukanya lagi,
berharap itu cinta kerenaNya.
Iya,
aku Imroatul Mufidah, perempuan biasa yang pernah merasakan beberapa
kali pacaran dengan segala romansanya. Setelah menduduki bangku kuliah
ada yang sedikit mengusik pikiran bahwa aku tak lagi muda. Pacaran? Yah
seperti kegiatan anak-anak muda saja pikirku. Tiba-tiba jatuh cinta
kemudian sesekali dan berkali-kali jatuh tak tau arah, orang-orang biasa
menamainya dengan sakit hati.
Butuh
pertimbangan yang matang dan prinsip yang kuat untuk memikirkan hal
yang lebih penting dari itu, memutuskan tidak berpacaran dan menjaga
hati.
Namun,
kadang kala kita juga menyadari bahwa kita juga manusia yang
dianugerahi cinta oleh Yang Maha Kuasa kapan saja, mungkin kita tak
dapat menghindarinya hanya bisa me-manage-nya, pikirku kala itu.
Aku
bukanlah seorang ekonom atau seorang akuntan bahkan bukan Tuhan Yang
Maha Kuasa yang pandai me-manage dengan baik dan sempurna.
Kata
orang Jawa, WITING TRESNO JALARAN SOKO KULINO, ya tumbuhnya cinta itu
akibat dari kebiasaan. Mungkin itu yang tepat ku sematkan padaku saat
itu.
Tak tahu kapan pastinya perasaan itu muncul di hatiku dan mengakar kuat disana.
Seharusnya bisa ku hindari itu semua saat aku memilih untuk tak mendampingimu untuk periode itu.
Tapi lagi-lagi Tuhan berkehendak lain, mungkin saja itu jawaban atas segala doa dan sujudku.
Aku
memilih mendampingimu, bekerja denganmu membentuk organisasi impian
dengan segudang ilmu dan orang-orang hebat di dalamnya yang mungkin kau
impikan sejak lama.
Tak
ada sedikitpun pikiran bahwa perasaan ini akan tumbuh sedemikian subur
seiring berjalannya waktu. Hanya berbekal niat dan bekerja dengan ikhlas
bagi orang-orang yang membutuhkan kita.
Pertemuan hari demi hari pun tak dapat kita hindarkan karena kita bekerja di ruang yang sama, ya ruangan seluas 3x4 kira-kira.
Ku jalani hariku seperti biasanya, bagaikan air mengalir saja, itu yang biasa ibu sebut untukku.
Kerja
kita disini pasti berakhir, karena organisasi ini juga ada batasnya.
Tapi tak pernah terbesit sedikitpun bahwa kita akan berakhir, selain
memang kita memilih menjalani saja seperti ini tanpa ingin menjalin
hubungan yang disebut pacaran tadi, sehingga jika Tuhan berkehendak
lain, tak ada yang berubah diantara kita.
Kini, semua seakan menjadi duri dalam tubuhku, yang menusuk pelan-pelan dan menimbulkan kesakitan.
Perempuan
diberkahi intuisi yang kuat, beberapa kali aku berpacaran setauku dia
tak akan meninggalkanku jika tak ada yang lain dihati dan pikirannya
(dalam hal perasaan cinta) selain aku tentunya. Tetapi, salah satu buku
karya salah satu ustad berhasil meyakinkanku bahwa dia yang benar-benar
mencintaimu tak akan memacarimu, dia akan memantaskan diri dan jika
saatnya nanti dia akan mendatangi orangtuamu untuk memintamu. Ya ya ya,
itu semua yang kau lakukan padaku, pikirku, Insyaallah.
Belum
sempat ku tanyakan saat itu, lagi-lagi Tuhan dan waktu menjawabnya
cepat, ku anggap itu tanda bukti sayangnya Beliau padaku.
Ternyata
yang tak pernah aku pikirkan, bibit harapan/ impian bersama orang lain
pernah kau tanam sebelum bertemu denganku kala itu. Dan sekarang bibit
itu belum mati, hanya layu. Cinta yang belum usai begitulah kataku dulu
padamu, atau mungkin juga belum kau mulai. Tapi yang pernah ku ingat,
dia telah bersama yang lain, katamu kala itu.
Lelah,
mungkin itu yang kau ucap padaku setelah beberapa waktu kita seperti
ini. Di saat lelahmu padaku, kau siram dan kau pupuk kembali bibit yang
pernah kau tanam dulu dengan doa dan harapan. Ya yang jelas itu bukan
bibit milikku.
Dokter,
guru, dosen, Makkah, paris, rok, jilbab yang rapi, dan wanita surga,
setidaknya sekarang aku mulai paham tentang yang kau perbincangkan
denganku kala itu. Sepertinya, tak usah kau bersusah payah merubahku
seperti itu, disana ada perempuan lain yang sudah sesuai dengan apa yang
kau inginkan, impikan atau bahkan kau butuhkan.
Lalu aku? Mungkin hanya kau yang tau jika suatu saat nanti aku masih sendiri.
Mungkin
aku dan mereka sama-sama memiliki harapan yang sama, harapan masa depan
bersamamu. Tapi cara kita berbeda dalam penyampaiannya.
Tak
ada yang perlu disalahkan atas segalanya, kita pernah tulus dan
merasakan perasaan di kedalaman yang sama. Tapi memang kita berbeda,
jenis kelamin mengisyaratkan bahwa aku perempuan dan kamu laki-laki,
yang jelas proses penyembuhannya pun akan berbeda.
CINTA ITU ANUGERAH DAN RINDU ITU FITRAH.
Perempuan
memiliki kemampuan mencintai sepenuh hati dan jiwanya, sedangkan lelaki
tak memiliki kemampuan itu, maka kita sebagai perempuan lakukanlah
kewajiban padanya dengan demikian ia akan melakukan kewajibannya
untukmu.
Manusia dianugerahi cinta sejati hanya sekali, dan di waktu yang tepat nanti, Tuhan akan menunjukkan itu.
Selalu
berusaha mengikhlaskan semua padaNya, meyakini bahwa semua ini jalanNya
dan berharap diberi kesabaran dan ketabahan yang luar biasa. Mungkin
saja ini semua jawaban dari sujudku, sujudmu dan sujudnya.
Jika
ia lebih pantas dan lebih membawamu pada kebaikan, ikhlaskan aku
yaAllah, ikhlas tanpa air mata. Beri ketabahan, tabah tanpa goncangan
jiwa.
Mencari
jalan untuk mencintai diri sendiri sembari menunggu ketetapanNya kelak,
entah itu kamu atau siapapun yang telah Tuhan persiapkan untukku.
Setidaknya yang tak hanya bisa menerima kelebihanku saja tetapi juga
bisa menutup, melengkapi dan merubah kekuranganku kemudian menjadikannya
kebaikan, bukan malah meinggalkan lalu mencari kesempurnaan di luar
sana.
Biarkan
dia terbang sebebas elang tanpa ada ketakutan dan keraguan mencari
kebaikan untuk membahagiakan kehidupan tapi tak lupa untuk selalu
kembali ke sarangnya, dan aku akan merawat dan menjaga sarang dengan
sesekali keluar mencoba kesuksesan di jalan yang telah aku pilih
sendiri.
Teruntuk dirimu yang selalu ku rindukan, yang tak ku lihat, tak ku dengar, tak ku sentuh tapi selalu dapat ku rasa.
Berbahagialah dengan pilihan hidup yang telah kau pilih sendiri, semoga kita sama-sama dapat saling menghargai.
Langganan:
Postingan (Atom)