Ayah, hari ini tepat tanggal 14 Februari 2014 usiamu sudah menginjak 51 tahun. Setengah abad lebih kau ada di dunia ini menjalankan kehidupan dengan segala lika-likunya.
Ayah, kau adalah laki-laki paling ku cintai selain Nabi Muhammad, kau tulus memberi tanpa mengharap kembali.
Sesosok laki-laki dengan ketabahan yang luar biasa yang Allah kirim berdampingan dengan ibuku hingga melahirkan putra putri yang belum bisa membalas segala jasamu.
Hari ini di usiaku yang telah menginjak 22 tahun, kau masih menyokong segala urusan financialku, karena aku masih menjalankan tugas akhir studi kuliahku yaitu skripsi. Harusnya semester delapan ini sudah menjadi kewajibanku menyelesaikan semuanya tanpa harus ada lagi tambahan di semester-semester selanjutnya. Tak lupa kau pun berpesan bahwa semester ini semuanya harus selesai, YA HARUS SELESAI.
Hal itu mengartikan bahwa tak ada tanggungan lagi untuk ayahku membiayaiku di semester selanjutnya. Karena di saat itulah dirasa aku seharusnya telah menghasilkan uang sendiri minimal untuk kebutuhanku.
Dari kecil ku rasa ada jiwa bisnis di dalam diriku, mulai dari membuka perpustakaan kecil di rumah untuk kalangan teman-teman komplek saja, berjualan makanan ringan saat bulan Ramadhan tiba. Hal tersebut membuatku sangat senang kala itu karena dapat menambah uang jajanku.
Semakin dewasa, aku menyadari bahwa modal kala itu juga masih dari ayah, ya semuanya belum lepas dari ayah.
Menginjak SMP dan SMA aku berusaha tekun pada studiku meskipun nilai yang ku peroleh selalu pas-pasan, setidaknya aku berusaha tak membuat sesuatu yang akan menambah pengeluaran ayahku.
Setelah memasuki bangku kuliah, ya melihat persaingan yang luar biasa untuk mengikuti kebiasaan baru di kalangan teman-teman seperti jalan-jalan misalnya, atau hanya sekedar karaoke setelah jam kuliah selesai. Uang sanguku takkan cukup untuk menutup itu. Memutar otak bagaimana aku dapat menambah pundi-pundi dompetku itulah yang ku lakukan, hingga aku berjualan pulsa, berbisnis fashion seperti tas atau baju bersama teman-teman, menjadi distributor jajanan yang laris di kalangan kampus.
Alhamdulillah semua bertambah sedikit demi sedikit untuk kebutuhanku sehari-hari saja.
Semester semakin tua, kuliah dan organisasi semakin menuntut saja. Bahkan ku rasa tak ada waktu untuk berbisnis seperti sebelumnya.
Tetapi Allah selalu baik dan memberi jalan untuk hambanya, termasuk aku.
Setelah menjabat sebagai ketua organisasi jurusan, semakin banyak orang mengenalku termasuk dosen-dosenku. Disitulah semua jalan terbuka lebar, mulai dari diajak sekedar rapat kerja jurusan, mengerjakan acara besar jurusan, hingga pernah aku diajak mengerjakan proyek fakultas yang terbilang cukup besar.
Meskipun imbalannya tak terlalu besar, tapi ilmu yang ku dapat semakin beragam dan berkembang.
Setidaknya kegiatan-kegiatan tersebut tak perlu menambah pengeluaran ayahku, hanya berbekal ilmu.
Selain itu, setelah magangku (Praktik Kerja Nyata) selesai, sepertinya itu juga menjadi jalan lebar untukku menuju pekerjaan impianku, yaitu bekerja di bagian marketing communication salah satu televisi di Indonesia. Karena itu berkaitan dengan studi yang ku ambil di bangku kuliah ini.
Banyak ilmu yang aku dapat saat magang itu dan banyak event yang ku kerjakan dan Alhamdulillah semua menghasilkan sesuatu.
Sampai saat ini, aku juga masih sering dihubungi untuk ikut menjalankan event besar yang Alhamdulillah selain menambah ilmu dan pengalaman, juga menambah pundi-pundi dompet meskipun tak seberapa.
Karena aku tau, orang sukses tak selalu instan, harus merambah dari hal kecil dengan penghasilan tak seberapa hingga suatu saat nanti akan menjadi sukses yang sesungguhnya dengan penghasilan yang luar biasa.
Lagi-lagi aku berfikir ya lumayan hanya berbekal ilmu tanpa menambah pengeluaran ayahku.
Semakin kesini aku semakin sadar bahwa tanggungan yang ditanggung ayahku sangat banyak, seorang istiri dengan empat anak.
Ayah tak pernah mengeluh sedikitpun dalam kondisi apapun.
Hal itu membuatku semakin tersadar aku harus segera membalas segala yang kira-kira bisa ku balas, selagi beliau masi ada.
Berbeda dengan kakakku yang saat ini telah menyandang gelar dokter, dia mulai bekerja sendiri dan membiayai hidupnya sendiri. Setidaknya dia telah menjalankan fungsi anak tanpa mengeluarkan uang orang tua lagi.
Kakakku, perempuan hebat yang selalu memotivasiku untuk bisa melakukan lebih darinya, tapi Allah lagi-lagi selalu punya jalan sendiri-sendiri.
Setidaknya, tahun ini adalah tahun terakhir aku menggantungkan semua pada ayahku. Tahun depan aku harus bisa membiayai diriku sendiri, Insyaallah. Sehingga ayah dapat fokus membahagiakan ibu (yang tidak bekerja) dan kedua adikku yang masih duduk di bangku SMP dan SMA yang masih membutuhkan biaya besar.
Aku hanya dapat membantumu dengan doa untuk saat ini Ayah. Doa yang inyaallah takkan pernah putus untukmu.
Ayah, semoga kau diberi umur panjang yang barokah sehingga aku sampai untuk membalas segala jasamu.
Ayah, semoga kau diberi kesehatan yang barokah sehingga aku sampai untuk membalas segala jasamu.
Ayah, semoga kau diberi rejeki yang melimpah halal dan barokah untuk terus membiayai ibu dan adik-adikku.
Ayah, semoga kau diberi ketabahan dan kesabaran yang luar biasa untuk menghadapi segala lika-liku dunia.
Ayah, semoga sempat kau menyerahkanku pada seorang lelaki yang kelak menjadi imamku.
Ayah, cintailah Ibuku, kakakku, adikku selapang-lapangnya.
Ayah, tak terhitung lagi kata yang sempat ku tuliskan untukmu.
Ayah, aku mencintaimu, semoga Allah mengirimkan lelaki yang mirip denganmu sebagai pendampingku kelak, meski pernah ku temukan tapi blm bisa ku dapatkan.
Teruntuk ayahku tercinta, Selamat Ulangtahun yang ke 51 :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar